Ketagihan Nyambat

Anjar Sri Palupi
2 min readMay 31, 2022

--

Halo soyum mania, bagaimana kabarnya? Apakah kamu sedang bersuka cita karena hari ini adalah hari terakhir tantangan #31HariMenulis? atau sedih karena sudah tidak ada tantangan yang harus kamu kerjakan lagi?:(

Hiks, setelah aku pikir, rasakaan, dan jalani, ternyata konsisten itu hal yang agak lumayan susah yah:( jujur, selama mengikuti tantangan #31HariMenulis ini tidak ada hari yang ku lewati tanpa tidak sambat. Tiap hari selalu ada kalimat (baik yang tersirat maupun tersurat) “huh ijik enek medium sebelum jam rolas wengi” “huh gaono ide” “ya Allah males garap, ngantuk” dan kawan-kawannya. Rasanya cukup berat untuk sekedar membuka laptop dan mulai mengetik. Pasti ada saja alasan untuk menunda-nunda, semisal buka hp sebentar tiba-tiba jam sebelas malam, tidur sebentar tiba-tiba jam setengah dua belas malam, leha-leha sebentar tau-tau ketiduran… akhirnya mau tidak mau harus mengeluarkan jurus sat set sat set was wes wos agar pekerjaan segera selesai tepat pada waktunya. Haduh…

Nyambat merupakan salah satu kegiatan rutinku. Tidak ada hari yang ku lewati tanpa tidak sambat. Pasti ada saja sepatah dua patah kata sambatan yang keluar dari mulut, sesimpel ngomong haduh.

“Haduh aku telat join kelas”

“Haduh aku lupa ada tugas A”

“Haduh aku lapar”

Yah begitulah kira-kira sambatan yang sering bermukim di dalam hatiku. Namun, terkadang sambatan-sambatan itu tidak hanya menetap dalam hati. Tak jarang, aku menyalurkannya ke dalam media, media sosial contohnya. Aku sering menyambat di salah satu media sosial, apalagi kalo bukan twitter. Hampir seluruh twit-twitku isinya sambatan semua. Bisa dibilang ‘twit sampah’. Ya benar juga sih…

Sebenarnya, sambat tidak menyelesaikan segala pekerjaanku. Namun, ya… enak saja… mengeluarkan unek-unek melalui kata-kata. Sungguh sesuatu yang sangat mudah dilakukan👍

--

--