Kembali normal

Anjar Sri Palupi
2 min readMay 29, 2022

--

Tidak terasa sudah kurang lebih dua tahun kita bersama dengan suasana ini. Memakai masker dan menjaga jarak. Dua hal yang bahkan sudah menjadi sebuah kebiasaan dalam kehidupan sehari hari. Bahkan saking biasanya, jika tidak melakukan salah satu dari dua hal tersebut, entah kenapa malah jadi aneh.

Belakangan ini, aku mendengar berita bahwa memakai masker sudah tidak diwajibkan lagi. Bahkan sudah dilonggarkan. Hanya beberapa orang saja yang dirasa batuk atau pilek dianjurkan memakai masker. Bagaimana tanggapanmu mengenai berita ini? Kamu tim seneng udah mulai ga pake masker atau tim “bodo amat tetep pengen pake masker mau batuk ataupun enggak”?

Zuzur, karena sudah menjadi kebiasaan dalam keseharian, memakai masker adalah sebuah kewajiban bagiku. Kalo tidak pakai masker rasanya seperti tidak wajar, ada yang kurang, dan membuat tidak nyaman. Ya semacam kalo ga pake baju atau celana, jadi ya wajib aja gitu, kudu dipake. Saat membuka masker saja rasanya seperti membuka aib, apalagi ga pake masker. Nah hal inilah yang membuatku sampai sekarang tetap #pakaimaskeraja. Di samping hal itu, salah satu hal yang meningkatkan kepercayaan diriku saat keluar rumah dan bertemu orang-orang di keramaian ya masker itu. Dengan masker, berbagai komuk tidak wajarku tidak terekspos khalayak ramai, mulai dari komuk nglamun sambil mangap, komuk bingung, komuk ngantuk, dan komuk-komuk yang dirasa tidak pantas dipandang lainnya. Dalam hal ini, aku hanya bisa mengucapkan “terima kasih masker”

Selain budaya pake masker yang sudah menjadi kebiasaan keseharian. Budaya jaga jarak dan menghindari kerumunan nampaknya sudah tertanam begitu dalam. Dulu sewaktu wabah ini naik-naiknya, hampir seluruh fasilitas umum dibatasi kapasitas pemakainya. Duduk di kursi umum dibatasi, pergi ke tempat umum dibatasi, naik kendaraan umum dibatasi. Semua serba dibatasi guna mengurangi kerumunan. Sekarang semua kembali normal. Ada kerumunan? tidak menjaga jarak? berdesak-desakan? tidak masalah. Apa yang kita takutkan selama dua tahun ini masih ada, masih nyata, dan belum berakhir. Namun, dengan berbagai usaha yang sudah diupayakan, lambat laun suasana yang mencengkam kembali dinormalkan.

Yah, semoga saja kita bisa hidup seperti dulu, walaupun harus berdampingan dengan hal semacam ini.

--

--