Berani Memulai

Anjar Sri Palupi
3 min readMay 27, 2022

--

Halo, terima kasih sudah mau mampir. Tulisan ini merupakan tulisan random gara-gara penulis gatau lagi mau nulis apa. Kurang lebih tulisan ini berisi beberapa pemikiran penulis tentang berbagai hal yang harus dan bahkan penting untuk dimulai. “hal” yang dimaksud bisa berupa tindakan, perilaku, atau ucapan. Lalu apa saja hal-hal itu? Aku merangkungmnya menjadi empat hal. Sebenarnya banyak hal yang harus #dimulai, namun kali ini aku akan menulis hal-hal yang belakangan ini relate dengan aku. Apa aja itu? Cekidot!

1. Berani memulai untuk membuka diri

Membuka diri di sini maksudnya ya tidak terbuka-buka banget, masih ada sesuatu yang setidaknya hanya kamu dan tuhan yang tau *duh. Maksud terbuka dalam konteks ini adalah ketika kita berperilaku dan bertindak kepada orang lain, sehingga orang lain mempunyai gambaran tentang diri kita. Gambaran inilah yang kemudian menjadi patokan orang lain untuk memilih antara lanjut atau udahan menjalin hubungan dengan kita, entah hubungan pertemanan, percintaan, atau rekan bisnis. Ketika sedang sedih, kita menceritakan alasan kenapa sedih. Ketika sedang kesal, kita menceritakan alasan kenapa kesal. Ketika sedang senang, kita menceritakan alasan dibalik kesenangan kita. Terbuka dengan orang lain ini ya sulit-sulit gampang, terutama untuk diriku pribadi. Kadang, saking terbukanya kita, kita jadi out of control dan terkesan oversharing. Hal inilah yang sering aku lakukan. Mengontrol keterbukaan diri menjadi pr besar bagiku, hiks

2. Berani memulai untuk bertanya

“Malu bertanya sesat dijalan”

Pepatah yang sangat familiar terdengar mungkin ya. Dan belakangan ini, aku merasa pepatah ini memang benar (dari dulu ya sudah benar, ak sj yang tidak ngeh-ngeh). Pepatah ini merupakan sebuah pesan untukku pribadi bahwa “ketika kamu enggak paham, enggak ngerti, dan enggak dong terhadap suatu perkara yang kamu jalani atau lakukan, maka bertanyalah, bertanyalah pada orang lain, orang yang tepat. Maka semakin mudahlah urusanmu (insyaAllah)”. Bagi aku yang membutuhkan waktu cukup panjang dalam mencerna informasi yang masuk, bertanya adalah salah satu jalan untuk tetap melancarkan pikiranku. Namun, terkadang aku sungkan dan malu bertanya pada pakarnya (misal dosen atau pihak lain yang ahli). Selain itu, aku kadang juga sulit untuk menyusun berbagai pertanyaan yang muncul di otakku. Hal inilah yang semakin membuatku enggan bertanya. Alhasil aku hanya bisa bertanya pada orang disekitarku dengan bahasa fafifuku. Maka dari itu, budaya bertanya pada tempatnya harus segera aku terapkan.

3. Berani memulai untuk meminta maaf, meminta tolong, dan berterima kasih

Three magic word ceunah. Ini adalah hal fundamental yang sedini mungkin harus dibudayakan. Sebagai makhluk sosial, kita sebagai manusia tidak akan lepas dari bantuan atau interaksi manusia lain. Dengan three magic word ini, kita sebagai manusia bisa setidaknya merepresentasikan rasa rispek dan hormat kita kepada manusia lain *waduh. Ya pokoknya kurang lebih begitulah:D

4. Berani memulai untuk keluar dari zona keterpurukan

“Bukan keluar dari zona nyaman, tapi keluar dari zona keterpurukan ya sobi” Kata-kata ini sempat aku dengar ketika aku mengikuti salah satu webinar nasional, tapi aku lupa webinar apa. Setelah mendengarkannya, aku mencerna kalimat itu dan ternyata “wah benar juga ya”. Yang harus aku lakuin sekarang adalah memilah dan memilih zona nyaman mana yang membuat aku tidak bisa mengupgrade diri. Kemudian, yang harus aku lakukan selanjutnya adalah meninggalkan zona itu dan beralih ke zona yang lain (tapi ini susah e).

Sudah ya guys, jujur udah mentok banget. Inspirasi tak kunjung menerangi membuat aku pusing sendiri, hiks. Terima kasih sudah mau membaca, semoga harimu selalu dikelilingi uank, uank, dan kebahagiaan. Aamiin, terima kasih!

--

--